Senin, 25 Oktober 2010

Types of Electrical Conduit


Rigid Metal Conduit (RMC)

Rigid Metal Conduit (RMC) is a thick threaded tubing, usually made of coated steel, stainless steel or aluminum.

Rigid Nonmetallic Conduit (RNC)

Rigid Nonmetallic Conduit (RNC) is a non-metallic unthreaded tubing.

Galvanized rigid conduit (GRC)

Galvanized rigid conduit (GRC) is galvanized steel tubing, with a tubing wall that is thick enough to allow it to be threaded. Its common applications are in commercial and industrial construction.

Cable Tray and Electrical Conduit


Cable tray

In the electrical wiring of buildings, a cable tray cables used for power distribution and communication. Cable trays are used as an alternative to open wiring or electrical conduit
system is used to support insulated electric systems. Cable trays are commonly used for cable management in commercial and industrial construction. Cable trays are especially useful where changes to a wiring system are anticipated, since new cables can be installed by laying them in the tray, instead of pulling them through a pipe. material use are steel, stainless steel, aluminum, or glass-fiber reinforced plastic 

Spektrum Frekuensi

Spektrum frekuensi dari sinyal waktu-domain merupakan representasi dari sinyal dalam domain frekuensi. Spektrum frekuensi yang dapat dihasilkan melalui transformasi Fourier dari sinyal, dan nilai-nilai yang dihasilkan biasanya disajikan sebagai amplitudo dan fase, baik diplot frekuensi.
Setiap sinyal yang dapat diwakili sebagai amplitudo yang bervariasi dengan waktu memiliki spektrum frekuensi yang sesuai. Ini termasuk konsep akrab seperti cahaya tampak (warna), catatan musik, radio / saluran TV, dan bahkan rotasi bumi biasa. Ketika fenomena fisik direpresentasikan dalam bentuk spektrum frekuensi, deskripsi fisik tertentu dari proses internal mereka menjadi lebih sederhana. Seringkali, spektrum frekuensi jelas menunjukkan harmonisa, terlihat sebagai paku yang berbeda atau garis, yang memberikan wawasan tentang mekanisme yang menghasilkan sinyal keseluruhan.
 


Frekuensi dan Spektrum Elektromagnetik

Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu yang diberikan. Untuk memperhitungkan frekuensi, seseorang menetapkan jarak waktu, menghitung jumlah kejadian peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan panjang jarak waktu. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz (Hz) yaitu nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang menemukan fenomena ini pertama kali. Frekuensi sebesar 1 Hz menyatakan peristiwa yang terjadi satu kali per detik.

Spektrum elektromagnetik adalah rentang semua radiasi elektromagnetik yang mungkin. Spektrum elektromagnetik dapat dijelaskan dalam panjang gelombang, frekuensi, atau tenaga per foton. Spektrum ini secara langsung berkaitan (lihat juga tabel dan awalan SI):
  • Panjang gelombang dikalikan dengan frekuensi ialah kecepatan cahaya: 300 Mm/s, yaitu 300 MmHz
  • Energi dari foton adalah 4.1 feV per Hz, yaitu 4.1μeV/GHz
  • Panjang gelombang dikalikan dengan energy per foton adalah 1.24 μeVm
Spektrum elektromagnetik dapat dibagi dalam beberapa daerah yang terentang dari sinar gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada gelombang mikro dan gelombang radio dengan panjang gelombang sangat panjang. Pembagian ini sebenarnya tidak begitu tegas dan tumbuh dari penggunaan praktis yang secara historis berasal dari berbagai macam metode deteksi. Biasanya dalam mendeskripsikan energi spektrum elektromagnetik dinyatakan dalam elektronvolt untuk foton berenergi tinggi (di atas 100 eV), dalam panjang gelombang untuk energi menengah, dan dalam frekuensi untuk energi rendah (λ ≥ 0,5 mm). Istilah "spektrum optik" juga masih digunakan secara luas dalam merujuk spektrum elektromagnetik, walaupun sebenarnya hanya mencakup sebagian rentang panjang gelombang saja (320 - 700 nm)

Sabtu, 23 Oktober 2010

Standard IEEE 802.11


  • 802.11b

IEEE 802.11b merupakan pengembangan dari standar IEEE 802.11 yang asli, yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan hingga 5.5 Mb/s atau 11 Mb/s tapi tetap menggunakan frekuensi 2.45 GHz. Dikenal juga dengan IEEE 802.11 HR. Pada prakteknya, kecepatan maksimum yang dapat diraih oleh standar IEEE 802.11b mencapai 5.9 Mb/s pada protokol TCP, dan 7.1 Mb/s pada protokol UDP. Metode transmisi yang digunakannya adalah DSSS.

 

  •  802.11g

IEEE 802.11g adalah sebuah standar jaringan nirkabel yang bekerja pada frekuensi 2,45 GHzOFDM. 802.11g yang dipublikasikan pada bulan Juni 2003 mampu mencapai kecepatan hingga 54 Mb/s pada pita frekuensi 2,45 GHz, sama seperti halnya IEEE 802.11 biasa dan IEEE 802.11b. Standar ini menggunakan modulasi sinyal OFDM, sehingga lebih resistan terhadap interferensi dari gelombang lainnya.
dan menggunakan metode modulasi

 

  • 802.11a

IEEE 802.11a adalah sebuah teknologi jaringan nirkabel yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari standar IEEE 802.11 yang asli, namun bekerja pada bandwidth 5.8 GHz dengan kecepatan maksimum hingga 54 Mb/s. Metode transmisi yang digunakan adalah Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM), yang mengizinkan pentransmisian data secara paralel di dalam sub-frekuensi. Penggunaan OFDM memiliki keunggulan resistansi terhadap interferensi dengan gelombang lain, dan tentunya peningkatan throughput. Standar ini selesai diratifikasi pada tahun 1999.

sumber = http://id.wikipedia.org

 

 

Kamis, 21 Oktober 2010

Hasil Analisa proses Pinging

Tujuan 
  • Agar para siswa mengetahui respon keberhasilan atau kegagalan dalam proses ping
  • Agar para siswa dapat mempraktekan atau meng implementasikan proses pembelajaran pengalamatan komputer
Pendahuluan
         Proses pengalamatan adalah proses yang bisa dibilang sangat penting dalam proses pengiriman dan penerimaan data, dalam proses pengiriman dan penerimaan ada 2 alamat yang dipakai 
  • Alamat Logika (IP Address)
  • Alamat Fisik    (MAC Address)
Pada praktek kali ini siswa akan memakai IP sebagai titik percobaannya 

Alat dan Bahan
  • 2 Unit PC yang bersistem operasikan windows  atau Linux
  • 1 cable cross over

Langkah Kerja 

  • Lakukan 5 proses Ping yang menghasilkan 5 respon berhasil
  • Lakukan 10 proses Ping yang mengindikasikan bahwa proses ping tersebut gagal
Hasil Eksperimen

      praktek IP


Kesimpulan
  • Siswa dapat mengetahui indikasi dari proses ping antar komputer yang berhasil maupun yang gagal

Kamis, 14 Oktober 2010

Tugas IP Config

Udah lama ga posting nih disini ada tugas IP config dan anda bisa mendonlotnya 
click here for download thanks for ur attention :)




Kamis, 07 Oktober 2010

Variabel Lenght subnetting

Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed length subnetting), yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih sedikit alamat IP.
Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.
Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.
Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.
Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.

sumber

Subnetting / net masking

Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.
RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut:
  • Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
  • Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.

sumber

Range Network

Range Network secara bahasa artinya adalah Jarak Jangkauan Jaringan. Jadi maksudnya range network adalah jarak jangkauan suatu jaringan komputer.

Adapun pengertian lain yaitu Range Network adalah ruang sebuah lingkup dari sebuah network yang terdiri atas tiga komponen,

Network Address, Available Address/Usable Address, dan Broadcast Address.

Network Address dan Broadcast Address tidak dapat digunakan sebagai alamat pada host. Hal ini dikarenakan keduanya mewakili network secara keseluruhan dalam komunikasiya.

-Network Address
-fungsi : untuk mewakili network ketika “penerimaan” paket data. Apabila paket data dikirimkan ke alamat ini maka asumsinya paket data ini dikirimkan ke seluruh network, bukan hanya ke satu host saja.

-Broadcast Address
-fungsi : mewakili network ketika “pengiriman” paket data. Jika paket data dikirimkan dari alamat ini, host penerima akan mendeteksi bahwa pengirimnya bukan satu host, melainkan dari satu network.
Kedua alamat ini tidak dapat diberikan kepada host. Kalaupun dipaksakan untuk diberikan maka system akan menolak untuk menerapkannya.

- Available Address adalah sekumpulan Alamat IP yang diterapkan sebagai alamat host.


sumber

Senin, 04 Oktober 2010

Noise

Noise adalah sinyal tidak dikehendaki yang secara alamiah terdapat pada semua jenis sistem. Pada sistem audio, terdapat banyak sumber noise yang dapat mengganggu output ideal dari sistem audio tersebut. Noise yang mungkin terjadi pada sistem audio adalah noise akustik, noise audio dan noise elektrik. Noise akustik adalah suara yang berasal dari sumber lain di sekitar sistem tersebut, seperti suara dering telepon atau suara deru kendaraan yang melintas. Noise audio adalah suara residu (umumnya berupa dengung atau desis) yang terdengar pada jeda diam dari suatu media penyimpan audio. Sedangkan noise elektrik atau thermal noise adalah suara yang dihasilkan karena naiknya suhu dari komponen elektronik yang terdapat pada sistem. Berbagai macam metode digunakan untuk dapat mengatasi noise agar sistem dapat memberikan output yang lebih baik kualitasnya. Secara garis besar, penanggulangan noise terbagi menjadi passive noise control dan active noise control. Passive noise control adalah upaya penanggulangan noise menggunakan komponen yang tidak memerlukan daya. Umumnya passive noise control menggunakan bahan-bahan kedap suara yang berperan sebagai insulasi terhadap noise. Bahan-bahan insulasi tersebut umum untuk ditemui pada studio rekaman. Dengan adanya insulasi dari bahan-bahan tersebut, umumnya ambience dan reverberation dapat dihilangkan. Hal ini dikarenakan pantulan suara, sumber dari ambience dan reverberation, terserap oleh bahanbahan insulasi tersebut. Active noise control adalah upaya penanggulangan noise menggunakan komponen yang memerlukan daya. Berbeda dengan metode passive noise control, metode active noise control mengatasi noise dengan cara memanipulasi sumber audio atau noise. Metode active noise control yang umum digunakan antara lain adalah metode penyesuaian gain, metode noise cancellation dan metode noise reduction. Salah satu perangkat yang menggunakan metode ini adalah noise reduction headphones.
Penyesuaian Gain
Suara yang besar menutupi suara yang lebih kecil. Inilah prinsip dasar dari metode peningkatan gain. Peningkatan gain adalah metode yang paling umum digunakan dalam mengatasi noise. Pada metode ini, nilai daya yang dikeluarkan oleh sumber audio disesuaikan sehingga menghasilkan suara yang lebih keras. Diharapkan peningkatan daya tersebut dapat menutupi noise yang umumnya memiliki daya konstan dan cenderung lemah. Keunggulan metode ini adalah kemudahannya untuk diaplikasikan pada sistem yang ada. Hampir semua sistem audio memiliki fitur pengaturan gain yang biasanya dikenal sebagai kontrol volume audio. Sedangkan kekurangan utamanya adalah tidak adanya kemampuan adaptif dalam menghadapi noise yang tidak bernilai konstan sehingga umumnya kontrol volume dioperasikan secara manual oleh user. Kekurangan ini dapat diatasi dengan otomasi proses peningkatan gain.
Noise Reduction
Noise pada umumnya berada di daerah suara yang spesifik. Desis berada pada frekuensi tinggi, sedangkan derau dan dengung berada pada frekuensi rendah. Inilah prinsip yang mendasari metode noise reduction. Melalui berbagai teknik pengolahan sinyal, sinyal dapat dipecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Setelah proses pemecahan tersebut, dilakukan penghapusan pada beberapa bagian dari sinyal tersebut yang menduduki daerah frekuensi yang dianggap sebagai noise. Dari pengurangan inilah metode ini mendapatkan namanya.


sumber